Humas IAIN Parepare – Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) menggelar acara yudisium tahap II bagi 111 mahasiswanya pada, Jumat (25/07/2025) di Perpustakaan Lantai 5 IAIN Parepare. Acara sakral ini menandai berakhirnya masa studi mereka dan secara resmi menyandang gelar sarjana. Yudisium ini dihadiri oleh Dekan, para Wakil Dekan, para Ketua Program Studi, dan Kabag TU.
Prosesi yudisium diawali dengan pembacaan nama-nama peserta yudisium dalam lampiran Surat Keputusan (SK) Rektor oleh Wakil Dekan I FUAD, Iskandar, dilanjutkan dengan pengukuhan gelar sarjana oleh Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah, A. Nurkidam.
Pada kesempatan tersebut, Emilia Mustary, Ketua Prodi Bimbingan Konseling Islam (BKI), menyampaikan pesan akademik yang mendalam dan reflektif. Ia membuka pesannya dengan pertanyaan menohok. "Apa yang membuat diri kalian pantas dengan gelar sarjana? Apa yang membedakanmu dengan orang lain, khususnya yang bukan sarjana dengan gelar sarjana kalian saat ini?" tanyanya. Pertanyaan ini mengajak para peserta yudisium untuk merenungkan makna di balik pencapaian akademik mereka.
Emilia menekankan bahwa gelar sarjana mungkin tidak selalu terlihat oleh semua orang, namun sikap dan perilaku sehari-harilah yang akan menentukan nilai seseorang. Ia mengakui pentingnya IPK sebagai bentuk tanggung jawab terhadap proses belajar, namun menegaskan bahwa keterampilan dan karakter yang kuat atau akhlak yang baik, adalah hal yang lebih krusial di kemudian hari. "Tanggung jawab atas amanah ilmu yang dimiliki saat ini yang paling utama wajib diaplikasikan ke diri sendiri dulu baru ke orang lain," pesannya, memberikan contoh bagi alumni Prodi BKI untuk mampu mengelola emosi dan menyelesaikan masalah pribadi sebelum membantu orang lain.
Lebih lanjut, Emilia mendorong para sarjana baru untuk menemukan makna dalam setiap aktivitas guna meningkatkan motivasi dan keikhlasan, bahkan di tengah ketidakpastian masa depan. Ia mengingatkan agar tidak terjebak dalam learned helplessness akibat kekhawatiran berlebihan atau terlalu fokus pada harapan tanpa mitigasi risiko yang bisa menjebak di zona nyaman yang rentan kekecewaan.
Pesan penting lainnya adalah berhenti mengeluh dan memperbanyak syukur, sebab keluhan dapat menurunkan kemampuan kognitif dan menciptakan aura negatif, sehingga ditekankan pentingnya memiliki growth mindset. "Banyak mengeluh juga dapat membuat orang-orang menghindar dari kita karena selalu merasakan aura negatif," tambahnya, menekankan pentingnya memiliki growth mindset daripada fixed mindset.
Dekan FUAD, A. Nurkidam, turut memberikan wejangan inspiratif. Ia menegaskan bahwa gelar yang diperoleh merupakan puncak pencapaian akademik setelah melalui serangkaian perkuliahan. A. Nurkidam menekankan pentingnya bagi seorang sarjana untuk mampu memberikan manfaat bagi masyarakat dan menjadi pemecah masalah. "Saya harap kalian memiliki falsafah padi, makin berisi makin menunduk," ujarnya, mengingatkan agar para sarjana baru senantiasa rendah hati.
Menutup acara, Nurkidam juga mengutip ajaran agama bahwa Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. Oleh karena itu, ia berpesan agar para lulusan senantiasa menjaga akhlak, menekankan pentingnya menjaga harmonisasi, dan selalu menjunjung tinggi nama baik almamater. (Irm/mif)