Skip ke Konten

Inspirasi Agam Rinjani : Industri Pariwisata Syariah Berbasis IT serta Lokal Wisdom

Oleh : Sufyaldy, Kepala UPT. TIPD IAIN Parepare



Opini - Kabut pagi menyelimuti puncak terjal Gunung Rinjani, gunung berapi di Lombok, ketika kabar tragis tersiar pada akhir Juni 2025. Juliana Marins, pendaki asal Brasil berusia 26 tahun, terjatuh ke jurang sedalam 600 meter saat turun dari gunung.


Berita itu menyebar bak kilat di media sosial—unggahan Instagram, video TikTok, dan ciutan di X ramai dengan ungkapan duka dan kekhawatiran. Tagar seperti #TragediRinjani dan #JulianaMarins mengumpulkan jutaan tayangan dalam hitungan jam. Bagi Indonesia, di mana pariwisata menyumbang lebih dari 4% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan menarik jutaan wisatawan setiap tahun, insiden ini menjadi pengingat pahit akan rapuhnya citra pariwisata di era digital.


Namun, di tengah duka, muncul kisah inspiratif yang mencuri perhatian dunia. Agam Rinjani, seorang pemandu lokal asal Makassar, Sulawesi Selatan, dengan keberanian luar biasa turun ke ceruk jurang berbahaya di tengah cuaca ekstrem untuk mengevakuasi jenazah Juliana. Tindakan heroiknya menjadi sorotan, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di Brasil dah seluruh dunia, di mana warganet memenuhi akun Instagramnya, @agam_rinjani, dengan pujian dan rasa terima kasih. Agam, yang lahir sebagai Abdul Haris Agam pada 22 Desember 1988 di Makassar, bukan sekadar pahlawan lokal. Ia adalah putra Bugis-Makassar yang membawa nilai-nilai siri’ na pacce—konsep budaya Bugis yang menekankan harga diri, keberanian, dan solidaritas—ke dalam tindakannya.


Agam Rinjani, atau Ucok, seperti ia dipanggil di masa kecil, tumbuh di lingkungan keras. Bersama saudara-saudaranya, ia belajar mandiri untuk bertahan hidup. Meski hidup dalam keterbatasan, Agam menunjukkan ketangguhan yang mencerminkan semangat siri’ na pacce. Ia bahkan membangun perpustakaan mini dari buku-buku bekas yang dikumpulkan dari sampah, menunjukkan inisiatif dan kepedulian terhadap komunitasnya. Setelah menamatkan pendidikan di Jurusan Antropologi di salah satu kampus negeri, Agam menemukan panggilan jiwanya di Gunung Rinjani. Sejak 2015, ia menetap di Sembalun, Lombok, dan menjadi pemandu pendakian berpengalaman, dengan ratusan kali mendaki Rinjani.


Ketika Juliana Marins terjatuh pada 21 Juni 2025, Agam, yang saat itu berada di Jakarta, langsung terbang ke Lombok untuk bergabung dalam misi evakuasi. Ia dan tiga relawan lainnya menuruni jurang curam sedalam 600 meter, menginap di tebing dengan hanya ancor untuk menahan tubuh agar tidak jatuh lebih dalam. “Kami menginap di pinggir tebing yang curam 590 meter bersama Juliana satu malam,” tulisnya di Instagram, menggambarkan pengorbanan luar biasa dalam misi kemanusiaan itu. Aksi ini mencerminkan nilai siri’—menjaga kehormatan dengan bertindak berani dan bertanggung jawab—dan  semangat solidaritas untuk membantu sesama meski dalam risiko besar.


Kisah Agam menjadi cerminan nilai-nilai luhur masyarakat Bugis-Makassar, yang menekankan kejujuran (lempu’), keteguhan (getteng), dan usaha keras (reso). Nilai-nilai ini, yang juga hidup di wilayah Parepare, Sulawesi Selatan, menjadi landasan kuat bagi pengembangan pariwisata syariah. Pariwisata syariah, yang berfokus pada etika, pelayanan, dan keberlanjutan, sejalan dengan semangat siri’ na pacce yang ditunjukkan Agam. Insiden Rinjani menyoroti pentingnya profesionalisme dalam pariwisata, sekaligus peluang untuk memperkuat citra Indonesia sebagai destinasi wisata yang aman dan bertanggung jawab.


Tragedi ini juga mengungkap tantangan besar, tentang bagaimana mengelola krisis di era media sosial yang serba cepat. Narasi negatif di platform seperti X dan Instagram dapat merusak citra destinasi wisata dalam sekejap. Namun, kisah Agam menunjukkan bahwa nilai-nilai lokal dan pendekatan berbasis empati dapat mengubah persepsi publik menjadi positif. Video siaran langsungnya di Instagram, yang menunjukkan proses evakuasi penuh risiko, mendapat respons positif dari warganet Brasil, yang menyebutnya “herói” (pahlawan) dan “guerreiro” (pejuang). Donasi senilai R$522.305,53 (sekitar Rp1,5 miliar) sempat terkumpul sebagai bentuk apresiasi, meskipun sempat kontroversi.


Pemerintah, pengelola Taman Nasional Gunung Rinjani, dan pelaku industri pariwisata kini memiliki peluang untuk memanfaatkan media sosial sebagai alat komunikasi krisis. Konten seperti dokumentasi simulasi evakuasi, kerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), atau testimoni dari tokoh seperti Agam dapat membangun narasi positif. Selain itu, kolaborasi dengan influencer lokal seperti Ria SW atau travel blogger internasional seperti The Blonde Abroad dapat memperkuat citra destinasi wisata Indonesia. Respons cepat melalui pernyataan resmi di X atau Instagram, yang mencakup klarifikasi fakta dan langkah konkret seperti pembentukan tim investigasi independen, juga penting untuk meredam sentimen negatif.


Media Sosial: Dari Ancaman Menjadi Peluang Keberlanjutan


Tragedi Juliana Marins menunjukkan betapa cepat media sosial dapat mengubah persepsi publik. Dalam hitungan jam, narasi tentang keamanan Gunung Rinjani menyebar, memicu kritik terhadap sistem penyelamatan di Indonesia. Namun, aksi Agam Rinjani mengubah dinamika itu. Kisahnya, yang viral di Brasil dan Indonesia, menjadi bukti bahwa nilai-nilai lokal seperti siri’ na pacce dapat menjadi kekuatan dalam membangun kepercayaan global. Media sosial, jika dikelola dengan baik, bukan hanya alat untuk menangkal kritik, tetapi juga wadah untuk mengedukasi publik dan mendorong perubahan positif.


Pemerintah dan pelaku pariwisata dapat memanfaatkan platform seperti Instagram, TikTok, dan X untuk menyebarkan konten informatif, seperti video pelatihan keselamatan atau simulasi evakuasi. Teknologi seperti GPS dan drone, yang dapat mempercepat respons darurat, juga perlu diintegrasikan dan dipromosikan melalui media sosial. Alat pemantauan seperti Hootsuite atau Brandwatch dapat digunakan untuk melacak sentimen publik dan topik tren, seperti “keamanan Gunung Rinjani”, memastikan informasi akurat menyebar dengan cepat. Optimasi mesin pencari (SEO) juga penting—artikel di situs resmi Kementerian Pariwisata atau Indonesia.Travel dapat dioptimalkan dengan kata kunci seperti “pendakian aman di Indonesia” untuk menjangkau audiens global.


Agam Rinjani sendiri menunjukkan bagaimana seorang individu dengan akar budaya Bugis-Makassar dapat menjadi teladan dalam pariwisata. Ia pernah membantu evakuasi pendaki asal Israel pada 2022 dan seorang pendaki yang jatuh ke danau Rinjani pada 2017, menunjukkan pengalaman dan dedikasinya sebagai relawan SAR. Nilai-nilai seperti getteng (keteguhan) dan reso (usaha keras), yang ia wujudkan, adalah bagian dari pappaseng—pesan moral Bugis-Makassar yang menekankan integritas dan tanggung jawab sosial. Nilai-nilai ini menjadi landasan penting untuk pengembangan pariwisata syariah, yang tidak hanya berfokus pada keuntungan ekonomi, tetapi juga pada etika dan keberlanjutan.


Pariwisata Berbasis Nilai Lokal Siri’ na Pacce


Kisah Agam menegaskan bahwa profesionalisme dalam pariwisata tidak hanya tentang keterampilan teknis, tetapi juga tentang karakter. Dalam konteks pariwisata syariah, nilai-nilai seperti kejujuran, empati, dan pelayanan prima menjadi inti pelayanan. Industri pariwisata Indonesia perlu lebih banyak figur seperti Agam—profesional yang mampu mengelola situasi darurat dengan penuh tanggung jawab dan empati. Pelatihan wajib bagi pemandu lokal, sertifikasi bertaraf internasional, dan penyediaan asuransi perjalanan terintegrasi adalah langkah konkret yang dapat memperkuat sistem keselamatan.


Media sosial juga dapat digunakan untuk mempromosikan langkah-langkah ini. Misalnya, video testimoni dari pemandu lokal yang telah dilatih atau dokumentasi simulasi evakuasi dapat mningkatkan kepercayaan wisatawan. Kolaborasi dengan influencer pariwisata dapat memperluas jangkauan pesan ini, sementara sesi tanya jawab daring menunjukkan keterbukaan terhadap kritik. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip pariwisata syariah, yang menekankan transparansi dan pelayanan berbasis nilai Islam.


Tragedi Juliana Marins adalah pengingat bahwa pariwisata Indonesia harus terus berbenah di era digital. Namun, kisah Agam Rinjani menunjukkan bahwa di balik krisis, ada peluang untuk menunjukkan komitmen terhadap keselamatan dan profesionalisme. Dengan memanfaatkan media sosial secara strategis, Indonesia dapat mengubah narasi negatif menjadi cerita tentang perubahan positif, seperti peningkatan kapasitas pemandu lokal dan integrasi teknologi dalam sistem keselamatan.


Gunung Rinjani, dengan keindahan alam dan makna spiritualnya, dapat kembali menjadi simbol priwisata Indonesia yang aman dan bertanggung jawab. Kisah Agam, yang berakar pada nilai-nilai Bugis-Makassar, menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk berkontribusi dalam membangun pariwisata yang etis dan berkelanjutan. Pariwisata syariah, dengan fokus pada pelayanan yang berlandaskan nilai-nilai Islam dan kearifan lokal, adalah jalan menuju masa depan industri pariwisata Indonesia.


Porter Agam Rinjani mengevakuasi pendaki di Gunung Rinjani


IAIN Parepare dan Masa Depan Pariwisata Syariah Indonesia


Bagi Anda yang terinspirasi oleh keberanian dan empati Agam Rinjani yang berdarah Bugis-Makassar, Program Studi Pariwisata Syariah di IAIN Parepare menawarkan kesempatan untuk menjadi pelopor pariwisata Indonesia yang beretika. Berlokasi di Parepare, Sulawesi Selatan—tanah kelahiran nilai-nilai siri’ na pacce—IAIN Parepare mengintegrasikan kearifan lokal Bugis-Makassar dengan prinsip syariah dalam kurikulumnya. Mahasiswa dibekali keterampilan manajemen destinasi, komunikasi krisis, dan teknologi pariwisata, serta nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan pelayanan prima.


Melalui kolaborasi lembaga seperti Indonesia Tour Leader Association (ITLA) , Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI) dan lembaga profesional lainnya IAIN Parepare memastikan lulusannya siap bersaing di industri pariwisata global. Program ini juga menawarkan peluang magang industri dan pengembangan destinasi wisata halal, membuka jalan bagi karier yang bermakna di sektor pariwisata syariah yang sedang berkembang pesat.


Bergabunglah dengan IAIN Parepare untuk mengasah potensi Anda, seperti Agam Rinjani, dan jadilah bagian dari gerakan untuk menjadikan Indonesia destinasi wisata yang aman, inklusif, dan menginspirasi. Informasi lebih lanjut dapat ditemukan di situs resmi IAIN Parepare , melalui media sosial atau langsung mendaftar di https://pmb.iainpare.ac.id

di dalam Opini
Ketika Nilai Tak Menilai Segalanya
oleh : Nadiatul Adawiah (Mahasiswa Program Studi PBA)