Humas IAIN Parepare- Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare kembali melangkah dalam proses penjaminan mutu akademik dengan menggelar Asesmen Lapangan untuk dua program studi secara bersamaan, yakni Magister Ekonomi Syariah (Pascasarjana) dan Manajemen Zakat dan Wakaf (Program Sarjana, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam). Asesmen ini berlangsung selama empat hari, (30-03/06-07/2025) yang dipusatkan di Gedung Zona Akreditasi IAIN Parepare.
Dua asesor dari Lembaga Akreditasi Mandiri Ekonomi, Manajemen, Bisnis, dan Akuntansi (LAMEMBA) hadir dalam asesmen ini, yaitu Prof. Nur Asnawi dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan Alin Murtadho dari UIN Walisongo Semarang.
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Rektor IAIN Parepare, Prof. Hannani. Dalam sambutannya, ia menyampaikan apresiasi atas kehadiran para asesor, khususnya Prof. Asnawi yang hadir enam bulan lalu untuk asesmen sebelumnya. Prof. Hannani mengucapkan selamat datang kembali kepada Prof. Asnawi.
“Ini merupakan asesmen ke-12 dan ke-13 yang kami jalani. Masih ada tiga program studi dan Asesmen Perguruan Tinggi (APT) yang akan menyusul. Harapan kami, kedua program studi ini bisa meraih akreditasi unggul agar dapat menyusul perguruan tinggi lain seperti UIN Malang dan UIN Walisongo yang telah meraih APT unggul," tutur Rektor.
Prof. Hannani juga menegaskan bahwa kehadiran para asesor kali ini tidak hanya untuk menilai mutu program studi, tetapi juga dalam kapasitas untuk memberikan dukungan, mengingat IAIN Parepare akan segera mengikuti asesmen tingkat perguruan tinggi dalam waktu dekat.
Hal ini turut ditegaskan oleh Prof. Nur Asnawi dalam sambutannya. “Saya bersama Alin Murtadho mendapat tugas da3ri LAMEMBA untuk melakukan asesmen terhadap dua program studi ini. Semoga prosesnya berjalan lancar dan hasilnya maksimal,” jelasnya.
Lebih lanjut, Prof. Asnawi menyoroti aspek internasionalisasi yang dicantumkan dalam dokumen Laporan Evaluasi Diri (LED) kedua program studi. “Dari LED yang kami baca, ada beberapa klaim internasionalisasi, seperti adanya MoU dengan mitra luar negeri. Tapi yang kami nilai bukan hanya sekadar kerja sama tertulis, melainkan bagaimana itu diimplementasikan secara nyata,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa fokus asesmen internasionalisasi adalah pada kontribusinya terhadap luaran pembelajaran (learning outcomes) mahasiswa. “Internasionalisasi tidak cukup dengan memiliki MoU. Kami ingin melihat apakah kerja sama itu berdampak pada kurikulum, penguatan kompetensi mahasiswa, pertukaran akademik, atau riset kolaboratif yang mendukung capaian pembelajaran secara global,” jelasnya.
Selama asesmen berlangsung, para asesor akan melakukan klarifikasi dokumen, observasi sarana dan prasarana, serta sesi wawancara dengan pimpinan, dosen, mahasiswa, alumni, dan mitra pengguna lulusan. Proses ini bertujuan untuk memastikan kesesuaian antara dokumen dan implementasi di lapangan. Sementara itu, Direktur Pascasarjana dan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam menyampaikan komitmen penuh dalam mendukung kelancaran asesmen. Mereka optimistis bahwa hasil yang diperoleh akan mencerminkan kerja keras tim akademik dalam membangun budaya mutu berkelanjutan. (aen/mif)