تخطي للذهاب إلى المحتوى

8 Akademisi IAIN Parepare Tampil di AICIS+ 2025, Muh Yusuf Kupas Respons Muslim Diaspora terhadap Krisis Iklim

29 أكتوبر 2025 بواسطة
8 Akademisi IAIN Parepare Tampil di AICIS+ 2025, Muh Yusuf Kupas Respons Muslim Diaspora terhadap Krisis Iklim
Humas IAIN Parepare
Humas IAIN Parepare — Ajang Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS+) 2025 kembali menjadi magnet bagi para pemikir Islam dari berbagai belahan dunia. Dari lebih dua ribu abstrak yang masuk, hanya sekitar dua ratus proposal yang menembus daftar presenter terpilih. Delapan di antaranya berasal dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare.

Salah satu nama yang menarik perhatian adalah Muh Yusuf, dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Parepare yang juga pengajar Bahasa Inggris. Ia naik panggung di Kampus Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Depok, Jawa Barat, Rabu (29/10/2025), membawa riset bertajuk Faith in the Climate Emergency: Ecotheological Responses of Indonesian Muslims in Multicultural America.

Yusuf bukan orang baru dalam komunitas Muslim Indonesia di Amerika Serikat. Ia pernah tiga kali dipercaya menjadi imam Masjid Al-Hikmah di New York pada bulan Ramadan. Dari kedekatan itu, ia mengamati denyut keberagamaan diaspora yang berkelindan dengan isu global.

Foto : Para delegasi IAIN Parepare di AICIS+ 2025


Dalam pemaparannya, Yusuf menyebut perubahan iklim bukan sekadar problem teknis sains, melainkan panggilan iman. Ia meneliti bagaimana Muslim Indonesia di Amerika memaknai etika lingkungan sebagai bagian dari tanggung jawab spiritual: menjaga bumi sebagai amanah, menegakkan keseimbangan, dan menjadi khalifah di planet yang sama-sama dihuni.

Penelitian etnografis itu dilakukan di sejumlah pusat komunitas: Masjid Al-Hikmah di New York, Indonesian Muslim Association in America (IMAAM) Center di Maryland–Washington DC, Masjid Al-Falah di Philadelphia, hingga komunitas MATA (Majelis Taklim) di New Hampshire.

Dari pengamatan itu, Yusuf menemukan komunitas diaspora justru melahirkan praktik keberagamaan yang inovatif: khotbah bertema lingkungan, edukasi ramah bumi, kampanye digital hijau, sampai kolaborasi lintas kelompok dalam aksi keberlanjutan. Semua tumbuh seiring upaya menjaga identitas Indonesia di ruang publik Amerika yang plural.

“Komunitas diaspora ini tidak hanya menjaga tradisi, tetapi menjadi laboratorium ekoteologi Islam yang inovatif,” ujar Yusuf di hadapan para pakar studi Islam dunia.

Menurutnya, kontribusi transnasional itu menunjukkan bahwa Islam memiliki modal etis yang kuat untuk mengambil peran dalam mitigasi krisis iklim global. Perspektif diaspora bahkan bisa menjadi model inspiratif bagi gerakan lingkungan yang bertumpu pada spiritualitas.

Keikutsertaan Yusuf bersama tujuh akademisi IAIN Parepare lainnya mempertebal jejak kampus tersebut di forum ilmiah internasional. “Kami membawa spirit daerah, tapi juga berbicara untuk dunia,” katanya usai pemaparan.

Nama-nama lain dari IAIN Parepare yang akan tampil pada 30 Oktober 2025 yakni:
Prof Dr Hannani (Rektor IAIN Parepare) yang diwakili Taufiq Pabbajah, Prof Dr Musdalifah Muhammadun (Dekan FEBI), Dr Muhiddin Bakri (Kapus Moderasi Beragama & Dosen FUAD), Mahyuddin (Sekretaris LPM & Dosen FUAD), Nur Afiah (Kapus Gender & Dosen FUAD), serta Majdy Amiruddin (Sekretaris LPPM & Dosen FEBI).

Selain mereka, Risma—mahasiswa Pascasarjana yang juga staf Fakultas Tarbiyah—ikut menjadi presenter jalur paper pada AICIS+ 2025.

Dalam kegiatan AICIS+ ini, hadir pula Ketua LPPM IAIN Parepare, Dr Muhammad Haramain memberikan support dan mengikuti rapat koordinasi pada forum rektor. (*)


Penulis : Alfiansyah Anwar & Tasrif

Editor : Suherman Syach

SEMA FUAD IAIN Parepare Gelar Seminar Legislasi: Transformasi dan Aspirasi untuk Pemimpin Masa Depan